Oleh : Anggara Wahyu Adhari, S.ST., M.S.E.

Latar Belakang
Masih banyak warga persyarikatan maupun anggota Muhammadiyah yang kebingungan dalam mendefinisikan apa itu gerakan Muhammadiyah dengan singkat, padat, dan jelas.

Cara Baca Segitiga Muhammadiyah
Tidak semua gerakan Islam adalah Muhammadiyah, tetapi Muhammadiyah adalah gerakan Islam. Tidak semua gerakan dakwah amar ma’ruf nahy munkar adalah Muhammadiyah, tetapi Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar ma’ruf nahy munkar. Tidak semua gerakan tajdid adalah Muhammadiyah, tetapi Muhammadiyah adalah gerakan tajdid. Jadi apa itu Muhammadiyah? Muhammadiyah adalah gerakan Islam, amar ma’ruf nahy munkar dan tajdid, bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Inspirasi Awal Segitiga Muhammadiyah
Pembentukan konsep Segitiga Muhammadiyah ini terinspirasi dari buku Prof. Dr. Haedar Nashir, M.SI. yang berjudul Kuliah Kemuhammadiyahan 1 yang diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah, Yogyakarta. Selain itu, juga terinspirasi dari kajian yang disampaikan oleh Ustadz Lukman Hakim, pengasuh Kuliah Ketarjihan Online (KTO) di kanal Youtube beliau.
Urgensi Segitiga Muhammadiyah
Urgensi dari Segitiga Muhammadiyah ini adalah mempermudah warga persyarikatan maupun anggota Muhammadiyah dalam menjelaskan apa itu Muhammadiyah kepada masyarakat Islam non-Muhammadiyah. Kemudian, urgensi lain adalah sebagai pemersatu langkah warga persyarikatan dalam berMuhammadiyah yang sesungguhnya.
Dasar Segitiga Muhammadiyah
Dasar dari Segitiga Muhammadiyah ini berdasarkan tulisan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.SI. di dalam buku beliau berjudul Kuliah Kemuhammadiyahan 1 yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah (Yogyakarta), pada halaman 133: “…dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah di kemudian hari (tahun 2005) dicantumkan secara tegas, bahwa: (1) Muhammadiyah adalah gerakan islam,
dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah; (2) Muhammadiyah berasas Islam.”
Muhammadiyah Adalah Gerakan Islam yang Bagaimana?
1. Gerakan Islam Berkemajuan
Prof. Dr. Haedar Nashir, M.SI. menulis di dalam buku Kuliah Kemuhammadiyahan 1, pada halaman 116-117: “…Islam yang dipahami dan diamalkan Muhammadiyah haruslah Islam yang menggerakkan karena Muhammadiyah itu gerakan Islam. Islam yang menggerakkan ialah Islam yang membawa perubahan, dinamis, progresif, dan penuh daya hidup. Bukan Islam yang parsial, kolot, dan antikehidupan.
Islam yang menggerakkan ialah Islam berkemajuan. Islam berkemajuan selalu mengajari umatnya untuk selalu berjiwa, berpikir, dan bertindak yang membawa kemajuan di segala bidang kehidupan. Islam yang melahirkan pemikiran dan kerja-kerja produktif. Islam yang memajukan kehidupan laki-laki dan perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Bukan Islam yang pasif, jumud, kolot, dan antikemajuan. Bukan pula Islam yang banyak retorika minus kerja…”
2. Gerakan Islam Moderat (Wasathiyah)
Masih di buku yang sama, beliau menulis pada halaman 118:
“Muhammadiyah sebagai gerakan keislaman dan kemasyarakatan memiliki sifat tengahan (wasithiyah), sehingga tidak tampak ekstrem dan radikal dalam makna cenderung serba keras dan serba apriori1. Sifat tengahan itu kuat dalam prinsip tetapi luwes dalam cara.”
3. Gerakan Islam Nonpolitik Praktis
Masih di buku yang sama, beliau menulis pada halaman 119: “Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak awal memilih lapangan dan strategi perjuangan nonpolitik praktis, artinya tidak bergerak dalam perjuangan memperebutkan dan menduduki kekuasaan di pemerintahan sebagaimana yang dilakukan partai politik seperti halnya Sarekat Islam,
Masyumi, dan partai-partai Islam lainnya di masa lalu maupun saat ini.
Muhammadiyah lebih memilih jalur dakwah kemasyarakatan memalui berbagai amal usaha dan langkah-langkah dakwah pembinaan masyarakat sebagaimana Khittah Muhammadiyah yang masih berlaku sampai saat ini dan bahkan dikukuhkan dalam Muktamar di Makassar tahun 2015.”
Muhammadiyah Adalah Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahy Munkar yang Bagaimana?
1. Prinsip Dakwah Muhammadiyah
Prof. Dr. Haedar Nashir, M.SI. menulis di dalam buku Kuliah Kemuhammadiyahan 1, pada halaman 117:
“Dalam berdakwah diperlukan cara yang diajarkan Islam yaitu bil-hikmah, wal mauidhatul hasanah, wa jadilhum billaty hiya ahsan. Bukan main hantam dan aksi jalanan.”
2. Sifat Dakwah Muhammadiyah
Masih di buku yang sama, beliau menulis pada halaman 149:
“Hal yang menarik dan menonjol dari gerakan Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan dakwah tidak hanya bersifat lisan dan tulisan (da’wah bi-lisan atau da’wah bi-lisan al-maqal) tetapi sekaligus dakwah dengan perbuatan atau tindakan (da’wah bil-hal atau da’wah bi-lisan al-hal). Dakwah bil-hal bahkan sangat menonjol dari gerakan Muhammadiyah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, kegiatan ekonomi, dan peran-peran kebangsaan secara lebih luas yang dilaksanakan dengan sistem organisasi yang tersebar di seluruh Indonesia.”
3. Tujuan Dakwah Muhammadiyah
Tujuan dakwah Muhammadiyah tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, masih di buku yang sama pada halaman 177:
“Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
Muhammadiyah Adalah Gerakan Tajdid yang Bagaimana?
1. Tujuan Tajdid Muhammadiyah
Masih di buku yang sama, beliau menulis pada halaman 138:
“Muhammadiyah lahir, tumbuh, dan berkembang hingga mampu melintasi zaman sampai usianya jelang satu abad antara lain karena sejak awal hadir sebagai gerakan tajdid. Yakni, gerakan al-ruju’ ila Al-Qur’an wa al-Sunnah yang melakukan pemurnian sekaligus pembaruan, dengan mengembangkan ijtihad atau akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Tujuan dari gerakan tajdid Muhammadiyah ialah terwujudnya Islam dalam kehidupan, sehingga Islam menjadi rahmat bagi semesta alam pada setiap kurun zaman.”
2. Sifat Tajdid Muhammadiyah
Masih di buku yang sama, beliau menulis pada halaman 139:
“Pemurnian (tajrid, tandhif) dimaksudkan untuk mengembalikan praktik Islam pada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sahihah2 atau maqbulah3, sehingga dalam mengamalkan ajaran Islam benar-benar otentik4, lebih-lebih menyangkut dalam berakidah dan menjalankan ibadah mahdhah.
Sedangkan pembaruan (tajdid, ishlah) dimaksudkan untuk mengembangkan cara-cara dan praktik ajaran Islam dengan prinsip ijtihad untuk menghadapi perkembangan zaman guna meraih kemajuan sebagaimana yang berlaku dalam ranah mu’amalah-dunyawiyyah. Dengan dua sisi tajdid bagaikan mata uang itu maka akan diperoleh gerakan kemajuan Islam dan kehidupan umat Islam pada setiap perubahan zaman sepanjang ajaran Islam.”
Disclaimer (Penafian)
Tulisan di atas adalah murni dari pemahaman penulis pribadi sebagai hasil pembacaan buku yang dimaksud dan bukanlah hasil keputusan resmi PP Muhammadiyah. Apabila tulisan di atas di kemudian hari terbukti bertentangan dengan keputusan PP Muhammadiyah yang resmi, maka penulis rujuk kepada keputusan resmi tersebut. Wallahu a’lam bish Showwab.
1 Mengutip dari KBBI Online, kata apriori memiliki arti berpraanggapan sebelum mengetahui. Secara sederhana
bisa diartikan sebagai berasumsi tanpa dasar ilmu.
2 Sahihah artinya valid berasal dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
3 Maqbulah artinya yang diterima. Maksudnya sunnah Nabi yang diterima secara derajat kesahihan bisa
berderajat sahih atau hasan. Derajat hasan masih terkategori sunnah maqbulah (yang diterima).
4 Otentik maksudnya asli, murni, tanpa campuran, tanpa perubahan dari asalnya.
Penulis adalah Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pandeglang. Berprofesi sebagai Pranata Komputer Ahli Muda Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang. Menamatkan Pendidikan di Politeknik Statistika STIS Jakarta dan Master Sains EKonomi Universitas Indonesia (UI).