
Pandeglang, 18 Juli 2024. Bertempat di Mushola Al-Mursalin Cijakan, Bojong Kabupaten Pandeglang dilaksanakan pengajian rutin jamaah mushola Al-Mursalin. Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pandeglang Dr. Agus Nurcholis Saleh, M.Ud menjadi pemateri dalam pengajian tersebut. Melanjutkan pembahasan Kitab Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Bab Perintah Khusyu’ di Dalam Shalat.
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW melarang bagi Muslim meletakan tangannya di pinggang. Hadis tersebut dikuatkan oleh Bukhari dari Aisyah RA bahwa perbuatan demikian itu seperti ibadah orang-orang Yahudi. Ustadz Agus menerangkan bahwa karakter orang Yahudi adalah tahu tentang hukum tapi paling suka melanggarnya. Maka hendaknya dalam melaksanakan Shalat pun kita harus tahu sumber-sumber aslinya bukan katanya atau kebiasaan kebanyakan orang turun temurun. Karena umumnya kita lebih suka mengikuti yang banyak daripada mengikuti yang benar walau hanya sedikit orang.
Hadis berikutnya dari Anas yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa apabila sudah disediakan makan malam, maka makanlah makanan itu sebelum kamu Shalat Magrib. Ustadz Agus menerangkan bahwa hadis ini menjelaskan secara tekstual hanya pada sebelum Shalat Magrib tidak pada Shalat lain seperti Shalat Dzuhur, Ashar dan Isya. Tapi tidak ada larangan tegas apabila kita makan setelah Shalat Magrib dan pada shalat wajib lainnya. Hal ini merupakan anjuran bagi kita yang masih awam pada umumnya menjelang Magrib sehabis bekerja terasa lelah dan lapar. Kondisi tersebut akan mengganggu kekhusyukan Shalat Magrib maka dianjurkan makan sebelum Shalat.

Hadis berikutnya dari Abu Dzarr menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa Apabila seseorang dalam mengerjakan Shalat, maka jangalah dia mengusap atau menghapus pasir, karena rahmat sedang menghadapinya. Ditambahkan oleh Imam Ahmad sekali atau tinggalkan/abaikan (untuk menyapu kerikil yang menempel). Ustadz Agus menerangkan bahwa ketika kita sedang dalam keadaan Shalat terutama saat sujud dan terasa kening kita tertempel pasir maka jangan langsung dihapus. Jikapun dihapus karena terlalu mengganggu seperti nyeri maka secara hukum hanya bisa seali menyapunya. Lebih dari sekali maka shalatnya bisa jadi diulang. Hadis ini juga sebenarnya menjadi peringatan bagi kita semua termasuk pengurus Masjid agar senantiasa membersihkan Masjid untuk menjaga kekhusyukan Shalat para jamaah. Karena kekhusyuan shalat itu sangat penting, bisa jadi hal-hal yang mengganggu shalat termasuk yang membuat jamaah tidak sah shalatnya atau batal akan menjadi tanggung jawab pengurus Masjid.
Hadis berikutnya diriwayatkan oleh Aisyah RA, bahwa Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berpaling muka di dalam shalat, maka Rasulullah SAW bersabda : Yang demikian itu merupakan satu kecurian yang dilakukan setan dari shalat seseorang. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah SAW bersabda : :Awas! Jangan berpaling muka di dalam shalat, karena yang demikian itu satu kebinasaan, tetapi kalau perlu maka (boleh) di shalat sunnah”.

Ustadz Agus menerangkan bahwa dalam menjaga konsentrasi atau kekhusyuan shalat memang butuh niat dan persiapan dari awal sebelum menjalankan shalat. Kita yang awam ini umumnya hanya sampai 15 menit dalam keadaan konsentrasi sisanya sudah buyar. Maka cara menjaga agar konsentrasi shalat wajib adalah dengan menjalankan shalat sunah sebelum shalat wajib. Maksudnya agar gangguan kita pada hal-hal diluar shalat dijaga pada shalat sunah dan pada saat shalat wajib kita sudah lebih siap lagi. Maka jangan sampai tinggalkan shalat sunah rawatib karena manfaatnya sangat besar baik mejaga shalat wajib kita dan menambal kekurangan shalat wajib yang telah kita laksanakan.
Hadis berikutnya diriwayatkan oleh sahabat Anas RA bahwa Rasulullah SAW bahwa apabila seseorang dari kamu sedang shalat, maka sesungguhnya dia sedang berkata kepada Allah SWT. Oleh karena itu janganlah dia meludah ke arah depan dan jangan juga ke sebelah kanan tetapi di sebelah kiri dibawah kaki. Riwayat lain menyebutkan dibawah kakinya.
Ustadz Agus menerangkan bahwa dalam shalat, kita sebenarnya sedang berhadapan dengan Allah SWT. Walaupun berjamaah sekalipun, kita masing-masing diperhatikan oleh Allah SWT jadi apapun yang kita pikirkan, kita lakukan sekecil atau tersembunyi apapun pasti diketahui. Maka adab dan etika bagi kita terutama dalam shalat termasuk misalkan terpaksa meludah pun diatur karena Allah SWT adalah penguasa kita. Kita sendiri bersedia menaati aturan dunia apalagi bertemu Pejabat, Tokoh masyarakat dan sebagainya yang urusan dunia. Bagaimana mungkin kita tidak menjaga adab kepada penguasa Alam semesta. Ayat Kursyi Surat Al-Baqorah yang sering kita baca sudah menunjukan bagaimana kedudukan Allah SWT.
Hadis berikutnya diriwayatkan oleh Aisyah RA bahwa Aisyah RA mempunyai satu tirai untuk menutup sebagian ruangan didalam rumah, maka Rasulullah SAW bersabda kepada Aisyah : “Jauhkanlah tiraimu ini dari kita karena gambar-gambarnya tetap menggangguku di dalam shalat”. Riwayat yang lain dari Bukhari dan Muslim mengkisahkan kain yang dihadiahkan dari Abu Jahm yang memiliki gambar kepada Rasulullah SAW. Nabi bersabda : karena sesuangguhnya kain itu menggangguku di dalam shalat.
Ustadz Agus menerangkan bahwa hadis ini lebih utama utuk kita yang masih kurang khusyuk di dalam shalat dan adab kita dalam menggunakan benda-benda bergambar atau ada tulisannya dalam shalat seperti pakaian, alas shalat hingga di tempat shalat sekalipun seperti Masjid untuk menjaga barang atau benda yang ada tulisan atau gambar yang bisa terbaca atau terlihat oleh jamaah yang masih membutuhkan konsentrasi yang lebih kuat. Karena Rasulullah SAW tahu bahwa tingkat ke khusyukan ummat itu berbeda dan Rasulullah SAW ingin menjaga kekhusyuan ummat yang masih awam.

Dari Jabir bin Samurah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Hendaknya orang-orang berhenti mengangkat pandangan mereka ke langit dalam keadaan shalat atau tidak akan kembali (penglihatan) itu kepada mereka. Diriwayatkan oleh Muslim. Ustdz Agus menerangkan bahwa peringatan ini juga untuk menghilangkan persepsi atau gambaranyang dibuat-buat oleh kita tentang kedudukan Allah SWT. Allah SWT yang maha tinggi maka Allah SWT berada diatas kita maka dalam shalat kita melihat ke atas. Allah SWT dalam ayat Kursyi sudah menerangkan kedudukannya tidak menunjukan posisinya diatas. Bahkan Allah SWT berfirman dalam Surat Qaf : “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. Sebagian ulama juga ada yang memakruhkan memejamkan mata dalam shalat. Namun ada kalanya kita ada yang bisa konsentrasi jika memejamkan mata walaupun juga akan ada gangguan juga saat kita memejamkan mata.
Hadis selanjutnya dari Aisyah RA bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Tidak ada shalat di hadapan makanan dan tidak ada (juga) ketika dia diganggu oleh dua yang jelek”. Dua yang jelek ini dalam keterangannya adalah menahan buang air dan buang angin. Ustadz Agus menerangkan dua hal ini sudah sering kita hadapi. Terutama dalam hal menahan buang angin dan buang air apabila sudah akan datang lebih baik ulangi shalat. Tapi ada sebagian dari kita yang sudah biasa mengatasi atau menahan buang air dan angin itu tanpa mengganggu konsentrasinya tidak mengapa jika melanjutkan.
Hadis selanjutnya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : “Menguap itu dari syaitan. Oleh karena itu apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia tahan sedapat-dapatnya”. Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dengan tambahan didalam shalat. Ustadz Agus menerangkan bahwa gangguan dalam khusyuknya sholat itu memang merupakan cobaan untuk kita dari syaitan baik dari diri sendiri misalkan niat, kesabaran dan kesadarannya dalam shalat masih rendah. Selain itu juga gangguan dari luar seperti gangguan orang lain dan benda-benda didekat kita ketika sednag shalat.
Nasyaruddin – MPI Pandeglang