Pandeglang, 12 November 2023. Bertempat di Masjid Hasanuddin PDM Kabupaten Pandeglang diselenggarakan Pengajian Bulanan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pandeglang. Tema pengajian kali ini adalah “Negosiasi Seni dan Budaya dalam Dakwah Muhammadiyah” dengan narasumber Kyai Cepu (Kusen, S.Ag.,M.A.,Ph.D) merupakan Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah.
Kyai Cepu memulai pengajian dengan pernyataan bahwa Agama tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Contohnya shalat itu syariat Islam dan pakaian untuk menutup aurat itu budaya. Sama dengan pergi haji. Ibadah haji adalah syariat sedangkan pesawat terbang adalah budaya.
Aqiqah itu awalnya bukan ajaran Islam tapi dibudayakan oleh masyarakat Arab. Rasulullah SAW mengubah budaya jahiliah pada aqiqah sesuai dengan syariat Islam. Kyai Cepu menyebut proses tersebut disebut Desakralisasi.
Sama dengan budaya tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari menjadi perdebatan antar Wali songo. Sunan Kudus menolak budaya tersebut karena berasal dari budaya non Islam dari masyarakat pada saat itu. Sedangkan Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga mengubah budaya tujuh hari dengan syariat Islam. Mantra-mantra diubah dengan tahlil, tahmid, takbir, sholawat dan doa-doa. Proses ini juga Desakralisasi.
Dalam tradisi Muhammadiyah ada metode qiyas atau analogi. Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah dapat kita lihat lagi bahwa jangan kita menambah atau mengurangi ibadah itu disebut bid’ah terutama pada ibadah khusus seperti sholat, puasa dan sebagainya. Semuanya sesuai petunjuk Rasulullah SAW.

Sedangkan budaya Tahlilan 7 hari, 40 hari, 100 hari merupakan budaya umum yang bisa jadi ditambahkan atau dikurangi. Sehingga budaya tersebut bukanlah bid’ah. Muhammadiyah tidak mem-bid’ah-kan malah mengharamkan ketika masyarakat yang mengamalkan budaya tersebut mengalami persolan seperti masalah ekonomi, sosial dan budaya.
Alam bawah sadar yang kita miliki membentuk budaya kita dari kecil sampai besar. Contohnya saat kecil membuat gambar pemandangan dengan gambar dia gunung dan ditengahnya matahari dan sampai besar pun kita menggambar yang sama. Sehingga hal itu menghilangkan kreativitas manusia. Sehingga PP Aisyiyah mengharamkan kegiatan mewarnai di TK ABA karena menghilangkan kreativitas anak dari kecil sampau besar. Pembentukan alam bawah sadar yang monoton tersebut mengacaukan pemikiran kita sehingga kita tidak mengerti prioritas utama dengan prioritas lainnya.
Nasyaruddin