Oleh: Anggara Wahyu Adhari, S.ST., M.S.E. (PCM Pandeglang)

Dalam pembahasan tentang empat mazhab besar dalam ilmu ekonomi, kita melihat empat pandangan yang berbeda tentang peran pemerintah dalam perekonomian. Mazhab Marxisme lebih cenderung mendukung kontrol penuh oleh pemerintah, setidaknya hingga mencapai utopia. Keynesianisme, di sisi lain, berpendapat bahwa pemerintah harus melakukan intervensi dalam perekonomian untuk mengatasi fluktuasi ekonomi. Mazhab Chicago menganjurkan intervensi minimal, dan mereka sangat kritis terhadap peran pemerintah dalam pasar. Sedangkan Mazhab Ekonomi Austria menekankan prinsip laissez-faire, yakni ekonomi tanpa intervensi pemerintah sama sekali.
Salah satu pandangan utama dari ekonomi Austria adalah bahwa nilai itu bersifat subjektif. Sebagai contoh, Anda mungkin lebih suka kopi, sementara saya lebih suka teh. Preferensi ini sangat personal dan bervariasi dari satu individu ke individu lain, dan ini adalah dasar dari penentuan harga menurut Mazhab Ekonomi Austria. Selain itu, Mazhab Austria berargumen bahwa biaya produksi bukanlah penentu harga—yang menentukan harga adalah preferensi subjektif individu. Mereka menolak gagasan bahwa ekonomi bisa diperlakukan seperti fisika yang memiliki hukum pasti dan variabel konstan.
Mazhab Ekonomi Austria terpusat pada utilitas marjinal yang dikemukakan oleh Menger. Utilitas marjinal adalah konsep dalam ekonomi yang menjelaskan nilai tambahan atau kepuasan yang diperoleh oleh konsumen dari mengonsumsi satu unit tambahan dari suatu barang atau jasa.Sebagai contoh, bayangkan Anda berada di gurun pasir yang panas dan sangat haus. Berapa banyak uang yang akan Anda bayar untuk segelas air? Mungkin dalam kondisi sangat kehausan, Anda bahkan berani menukarkan semua uang yang Anda bawa demi bisa meneguk segelas air tersebut.
Namun berbeda dengan gelas kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Anda tidak akan mau membayarnya sebesar harga gelas pertama dimana Anda dalam kondisi kehausan. Bahkan mungkin untuk gelas kesekian karena perut Anda sudah penuh dengan air, diberi gratis pun Anda akan menolaknya. Begitulah kira-kira memahami utilitas marjinal yang semakin menurun ketika mengonsumsi sesuatu. Ini menggambarkan prinsip utilitas marjinal yang dikemukakan oleh Menger.
Selain itu, teori biaya peluang (opportunity cost) yang diperkenalkan oleh Wieser juga sangat berpengaruh. Biaya peluang adalah konsep ekonomi yang menggambarkan nilai dari alternatif terbaik yang harus dikorbankan saat kita membuat pilihan. Artinya, ketika kita memilih satu opsi, kita mengorbankan kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari opsi lain yang tidak kita pilih. Sebagai contoh, Anda ragu antara memilih melanjutkan studi S3 yang kemungkinan akan ditempuh selama lima tahun ataukah tetap bekerja dengan jabatan yang telah ada. Anda menimbang-nimbang jika bekerja selama lima tahun Anda akan menghasilkan uang sebesar 300 juta rupiah, sedangkan jika Anda melanjutkan S3 akan menghabiskan biaya pendidikan sebesar 200 juta rupiah. Tetapi pada akhirnya Anda memilih untuk melanjutkan S3 karena mengerti betapa pentingnya pendidikan bagi diri Anda. Dengan begitu Anda mengorbankan kesempatan mendapatkan 300 juta rupiah selama lima tahun Anda bekerja. Itulah biaya kesempatan yang Anda bayar.
Selain itu, ada teori preferensi waktu yang dikemukakan oleh Eugene Bamba Berk, yang mengatakan bahwa kebanyakan orang lebih memilih mendapatkan sesuatu sekarang daripada di masa depan. Misalnya, jika Anda diberi pilihan antara menerima 100 dolar sekarang atau dalam sebulan, banyak orang cenderung memilih 100 dolar sekarang, yang menunjukkan preferensi waktu yang tinggi.
Mazhab Ekonomi Austria juga dikenal dengan teori siklus bisnis, yang dikemukakan oleh Ludwig von Mises. Mereka berpendapat bahwa siklus ekonomi yang fluktuatif, seperti periode boom (naik) dan bust (turun), sering kali disebabkan oleh kredit yang terlalu ekspansif. Mises juga mengemukakan masalah kalkulasi ekonomi, yang menunjukkan bahwa dalam sistem sosialisme, perencanaan ekonomi akan gagal karena tidak ada mekanisme pasar untuk menentukan harga yang tepat. Penetapan harga terpusat adalah hal terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Karena sejatinya manusia memiliki keinginan untuk tawar menawar.

Kemudian, kita beralih ke Mazhab Ekonomi Chicago, yang didirikan pada tahun 1940-an oleh Frank Knight di Universitas Chicago. Para ekonom utama dari sekolah ini termasuk James M. Buchanan, George Stigler, dan Milton Friedman. Chicago School lebih berfokus pada analisis alokasi sumber daya yang terbatas. Berbeda dengan Ekonomi Austria yang berfokus pada tindakan manusia, Chicago School lebih menekankan pada analisis empiris dan data. Mereka melihat ekonomi sebagai ilmu yang bisa dianalisis menggunakan model matematika dan data, dan mereka tidak ragu untuk menggunakan model ini untuk memprediksi dan memahami fenomena ekonomi.

Milton Friedman, misalnya, mengemukakan teori kuantitas uang yang mengatakan bahwa jumlah uang yang beredar di suatu perekonomian akan menentukan harga-harga di dunia nyata. Dia juga mengkritik Keynesianisme, terutama pendekatannya terhadap permintaan agregat, dan berpendapat bahwa intervensi pemerintah hanya diperlukan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Sedangkan Keynesian berpendapat campur tangan pemerintah tidak hanya dalam urusan moneter saja, tapi juga terkait fiskal agar tidak terjadi kegagalan pasar.
Perbedaan lain antara Mazhab Ekonomi Austria dan Chicagoadalah dalam pandangan mereka terhadap teori makroekonomi. Ekonomi Austria menolak pemisahan antara mikroekonomi dan makroekonomi, dan mereka percaya bahwa banyak resesi dapat dijelaskan dengan teori siklus bisnis mereka. Sementara itu, Mazhab Chicago, meskipun terinspirasi oleh Keynesianisme, lebih menekankan pada pengendalian jumlah uang beredar sebagai cara untuk menangani masalah ekonomi.
Meskipun ada perbedaan besar antara kedua sekolah ini, ada beberapa kesamaan yang patut dicatat. Kedua sekolah mendukung pasar bebas dan menentang sosialisme. Mereka juga sepakat bahwa intervensi pemerintah harus dibatasi, dan mereka berfokus pada pentingnya mekanisme pasar dalam alokasi sumber daya.
Secara keseluruhan, baik Mazhab Ekonomi Austria maupun Chicago memiliki kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang ekonomi, dan keduanya berusaha mengurangi intervensi pemerintah dalam perekonomian sambil mempertahankan pasar bebas sebagai mekanisme utama dalam mengatur alokasi sumber daya.