Oleh: Anggara Wahyu Adhari, S.ST., M.S.E. (Anggota PCM Pandeglang)

Berbeda dengan yang lain tidak selalu berarti buruk. Begitulah kiranya yang ingin dikatakan oleh negara Chile kepada tetangga-tetangga negaranya yang lain yang belum semakmur Chile. Chile mampu membuktikan dirinya menjadi negara terkaya di kawasan tersebut melalui kebijakan pajak rendah dan regulasi yang cukup longgar, sehingga menarik banyak perusahaan asing. Chile di pasar dunia unggul dalam cadangan tembaganya yang sangat melimpah. Produksi tembaga Chile telah memenuhi sepertiga kebutuhan tembaga di dunia.Meskipun demikian, ketimpangan ekonomi masih menghantui stabilitas sosial negara ini.

Chile merdeka dari Spanyol pada tahun 1818. Pada tahun 1870-an, Chile memulai proyek tambang besar pertamanya, yang mengangkat PDB per kapita negara ini menjadi dua kali lipat dari PDB Meksiko pada akhir abad ke-19. Perjalanan Chile tidaklah mulus karena harus merasakan perang saudara. Pada tahun 1891, perang saudara terjadi antara pasukan yang setia kepada presiden José Manuel Balmaceda dengan pasukan yang mendukung Kongres. Perang ini berakhir dengan kekalahan pasukan presiden, yang menyebabkan Balmaceda mundur dari jabatan dan kemudian bunuh diri. Setelahnya, kekuatan politik Chile bergerak menuju sistem parlementer, yang mengurangi kekuasaan presiden.
Pada 11 September 1973, terjadi kudeta militer yang menggulingkan Presiden Salvador Allende, yang merupakan presiden sosialis yang terpilih secara demokratis. Kudeta ini didukung oleh kelompok militer yang dipimpin oleh Jenderal Augusto Pinochet dan kalangan sayap kanan, serta mendapat dukungan dari Amerika Serikat karena kekhawatiran akan penyebaran komunisme di Amerika Latin. Setelah Pinochet berkuasa, pemerintahan Chile menjadi otoriter, dengan represi keras terhadap lawan politik. Ribuan orang diculik, disiksa, dan dibunuh selama rezim ini, yang berlangsung hingga 1990.
Di bawah rezim ini yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat, kelompok ekonom dari Universitas Chicago yang dikenal sebagai “Chicago Boys” diberi wewenang memimpin perombakan ekonomi besar-besaran. Para ekonom ini, dipimpin oleh tokoh-tokoh yang percaya kuat pada kebijakan pasar bebas, menerapkan deregulasi yang drastis di berbagai sektor ekonomi. Pada tahun 1975, Menteri Ekonomi Chile dari kelompok ini mulai menerapkan kebijakan radikal untuk memerangi hiperinflasi yang telah menggerogoti perekonomian negara tersebut.
Di bawah arahan Chicago Boys, Chile memangkas belanja publik dan investasi sosial dengan signifikan, mengakibatkan penurunan produksi hingga 28% pada tahun 1975 dan penurunan PDB sebesar 12,9%. Harga dibebaskan, tarif bea cukai diturunkan drastis dari 94% menjadi 10%, dan sektor-sektor utama seperti kesehatan dan pendidikan diprivatisasi. Dalam jangka pendek, strategi ini berhasil menurunkan inflasi dan meningkatkan perdagangan, namun tetap menimbulkan tantangan serius. Keterlibatan aktif Chicago Boys dalam perekonomian Chile menjadi kontroversial karena banyak yang berpendapat bahwa kebijakan mereka menguntungkan perusahaan-perusahaan besar sementara meningkatkan ketimpangan.
Pada akhirnya, Chile berhasil keluar dari kemelut krisis ekonomi dan kembali menjadi negara yang makmur di Amerika Latin. Stabilitas ekonomi ini membuat Chile menjadi contoh menarik di kawasan ini. Selama beberapa dekade, perekonomian Chile bergantung pada ekspor, terutama tembaga. Chile membuka diri terhadap perdagangan internasional dengan mencabut pembatasan perdagangan dan menurunkan tarif.
Krisis ekonomi terjadi di Chile pada tahun 1982 ketika PDB anjlok lebih dari 14% dan tingkat pengangguran mencapai 24%. Krisis ini juga merusak sektor perbankan Chile. Namun, dalam waktu singkat, Chile mulai pulih dari krisis ekonomi ini. Setelah itu, Chile mengalami kemajuan yang konsisten, terutama berkat statusnya sebagai produsen tembaga terbesar di dunia, yang menghasilkan sekitar sepertiga produksi global. Permintaan terhadap tembaga terus meningkat karena peran vitalnya dalam teknologi modern.
Pada tahun 2022, laporan menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri terkait di Chile mewakili sekitar 27% ekspor nasional dan sektor jasa sebagai sektor dominan berkontribusi 54,3% terhadap PDB. Sektor jasa Chile mampu mempekerjakan sekitar 70% penduduk. Meski angka-angka ini tampak menjanjikan, kenyataannya, kemakmuran ekonomi tidak dirasakan oleh seluruh masyarakat Chile. Ketimpangan pendapatan menjadi isu yang nyata; sementara Chile memiliki PDB per kapita yang mengesankan, sekitar separuh pekerja Chile berpenghasilan 6.320 dolar AS per tahun (99,5 juta rupiah), atau sekitar 550 dolar AS per bulan (8,6 juta rupiah). Kekayaan negara terkonsentrasi di tangan 20% elit kaya, memperburuk kesenjangan ekonomi.
Meskipun ketimpangan pendapatan di Chile memang sudah menunjukkan perbaikan sejak 1980-an, pada tahun 2019 hingga 2022, Chile menghadapi serangkaian protes yang berdampak besar pada stabilitas sosial dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Protes ini mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan konsesi (mengabulkan tuntutan), termasuk perubahan konstitusi, sebagai upaya menenangkan masyarakat. Namun, Chile menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tuntutan reformasi sosial masyarakatdengan minat perusahaan internasional yang memiliki peran penting dalam ekonomi negara.
Secara keseluruhan, Chile dikenal sebagai salah satu ekonomi paling stabil dan produktif di Amerika Selatan. Meski dengan populasi yang kecil (sekitar 19,5 juta orang), Chile memiliki PDB per kapita yang tinggi yaitu lebih dari 17.700 dolar AS (278,7 juta rupiah). Stabilitas moneter yang kuat, perlindungan hak properti, dan tingkat korupsi yang rendah menjadikannya tujuan yang menarik bagi investasi internasional. Chile juga memiliki lingkungan bisnis yang ramah, meskipun terdapat tantangan dalam menemukan keseimbangan antara mendukung perusahaan lokal dan perusahaan multinasional.
Pelajaran penting yang dapat kita petik dari Chileagar perekonomian bisa sebaik Chile diantaranya:
- Kebijakan Perdagangan Bebas dan Pajak Rendah: Chile berhasil menarik banyak investasi asing dengan menerapkan kebijakan pajak rendah dan deregulasi di banyak sektor.
- Fokus pada Ekspor: Chile menunjukkan pentingnya spesialisasi dalam sumber daya alam, seperti tembaga, untuk membangun ekonomi yang kuat.
- Stabilitas Moneter dan Perlindungan Hak Properti: Chile menerapkan kebijakan moneter yang stabil dan melindungi hak kepemilikan, yang memberikan kepercayaan bagi investor.
- Reformasi Ekonomi Berbasis Pasar: Meskipun Chile menghadapi banyak kritik, kebijakan ekonomi berbasis pasar yang dijalankan “Chicago Boys” menunjukkan manfaat signifikan dalam jangka panjang.
- Reformasi Sosial dan Politik yang Responsif: Meskipun memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat, ketimpangan masih menjadi isu di Chile, yang akhirnya mendorong pemerintah untuk melakukan reformasi sosial, termasuk kemungkinan perubahan konstitusi.
- Diversifikasi Ekonomi: Meski dikenal dengan ekspor tembaga, Chile juga berinvestasi dalam sektor jasa yang kini menjadi sektor dominan yang mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja dan menyumbang pada PDB. Sektor jasa di Chile didominasi oleh sektor jasa perdagangan dan pariwisata.
- Keseimbangan antara Bisnis Lokal dan Internasional: Meskipun Chile membuka pintu bagi investasi asing, mereka tetap berusaha mempertimbangkan kepentingan lokal.