Banten – Peran keluarga sangat diperlukan dalam upaya perlindungan anak dari ancaman kekerasan seksual. Pesan tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Provinsi Banten, Hj. Ima Ni’mah, dalam kajian perdana “Ngabaris” yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Banten.
Ima mengamini bahwa tren kasus kekerasan seksual di Provinsi Banten meningkat sejak tahun 2016 hingga 2023. Bahkan di tahun 2022, jumlah kasus meningkat hingga mencapai 11,31 persen. Data ini merujuk SIMFONI PPA.
“Betapa tingginya kasus kekerasan di Provinsi Banten. Kasus ini tidak hanya menimpa perempuan, anak perempuan, tetapi anak laki-laki juga,” ujar Ima Ni’mah dalam Kajian bertajuk ‘Banten Merdeka Kekerasan Seksual; Kenali, Cegahdan Laporkan’ secara daring.
Kasus kekerasan seksual ini, dikatakan Imah, bisa terjadi karena sejumlah faktor diantaranya rendahnya keimanan dan pemahaman agama individu, kemudian pengaruh teknologi terutama sosial media yang mengubah pola kehidupan masyarakat secara drastis, dekadensi moral masyarakat, terbukanya informasi serta kurangnya keteladanan dalam diri orangtua, guru serta tokoh masyarakat.
Peran keluarga tentu sangat dibutuhkan, menurut Ima keluarga dapat memberikan pola asuh yang sarat edukasi mulai dari penanaman nilai-nilai agama, akhlak, edukasi tentang hukum serta potensi kekerasan dan pencegahannya.
“Sebagai orangtua, kita bisa memberikan edukasi sejak dini misalnya siapkan tempat tidur anak yang aman, jangan sampai digabung sampai besar dengan orangtuanya. Kemudian jangan sampai tempat tidur anak dicampur antara laki-laki yang beranjak dewasa dengan anak perempuan yang kasih kecil, atau om dengan keponakannya,” jelasnya.
Selain memberikan fasilitas yang memadai bagi anak, Ima menyarankan agar para orangtua membekali anak pendidikan seks sejak dini dengan mengenalkan organ-organ tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain.
“Kenali organ tubuh anak yang harus dijaga, tidak boleh disentuh oleh orang lain. Lalu biasakan anak terbuka kepada orangtuanya, bisa dimulai dengan menceritakan hal-hal yang dialami anak di sekolah,” ujarnya menyarankan.
Ia menambahkan, peran aktif institusi pendidikan, komunitas sekitar serta pemerintah juga diperlukan untuk pencegahan kasus kekerasan.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Banten Unaimah menyatakan kegiatan kajian perdana ini dilakukan sebagai respon kader Nasyiah atas maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Provinsi Banten.
“Kasus kekerasan seksual ini banyak terjadi dimana-mana, bukan hanya di Banten saja, tapi di daerah lain juga,” kata Unaimah.
Mengingat korbannya banyak didominasi perempuan dan anak, maka ia mendorong agar kader Nasyiah memberikan perhatian besar terhadap fenomena ini.
“Dampaknya sangat besar bagi perempuan dan anak, maka kita harus peduli masa depan perempuan dan anak anak kita,” imbuhnya.
Sebagai informasi, di akhir kajian ini, kader Nasyiatul Aisyiyah se Banten melakukan doa bersama serta penggalangan donasi kemanusiaan bagi rakyat Palestina.